Sunday, November 9, 2008

KISAH SUKSES SURYA PALOH SUKSES ANAK KOLONG DALAM BISNIS MEDIA

Surya Paloh, 40 tahun, lahir di Tanah Rencong, di daerah yang tak pernah dijajah Belanda. Ia besar
di kota Pematang Siantar, Sumut, di daerah yang memunculkan tokoh-tokoh besar semacam TB
Simatupang, Adam Malik, Parada Harahap, A.M. Sipahutar, Harun Nasution. Ia menjadi pengusaha
di kota Medan, daerah yang membesarkan tokoh PNI dan tokoh bisnis TD Pardede. Aktifitas
politiknya yang menyebabkan Surya Paloh pindah ke Jakarta, menjadi anggota MPR dua periode.
Justru di kota metropolitan ini, kemudian Surya Paloh terkenal sebagai seorang pengusaha muda
Indonesia.
Surya Paloh mengenal dunia bisnis tatkala ia masih Remaja. Sambil Sekolah ia berdagang teh, ikan
asin, karung goni, dll. Ia membelinya dari dua orang toke sahabat yang sekaligus gurunya dalam
dunia usaha, lalu dijual ke beberapa kedai kecil atau ke perkebunan (PTP-PTP). Di Medan, Surya
Paloh mendirikan perusahaan karoseri sekaligus menjadi agen penjualan mobil.
Sembari berdagang, Surya Paloh juga menekuni kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara dan Fakultas Sosial Politik, Universitas Islam Sumater Utara, Medan. Di kota yang terkenal
keras dan semrawut ini, keinginan berorganisasi yang sudah berkembang sejak dari kota
Pematang Siantar, semakin tumbuh subur dalam dirinya. Situasi pada saat itu, memang
mengarahkan mereka aktif dalam organisasi massa yang sama-sama menentang kebijakan salah
dari pemerintahan orde lama. Surya Paloh menjadi salah seorang pimpinan Kesatuan Aksi Pemuda
Pelajar Indonesia (KAPPI)
Setelah KAPPI bubar, ia menjadi Koordinator Pemuda dan Pelajar pada Sekber Golkar. Beberapa
tahun kemudian, Surya Paloh mendirikan Organisasi Putra-Putri ABRI (PP-ABRI), lalu ia menjadi
Pimpinan PT-ABRI Sumut. Bahkan organisasi ini, pada tahun 1978, didirikannya bersama anak
ABRI yang lain, di tingkat pusat Jakarta, dikenal dengan nama Forum Komunikasi Putra-Putri
Purnawirawan Indonesia (FKPPI).
Kesadarannya bahwa dalam kegiatan politik harus ada uang sebagai biaya hidup dan biaya
perjuangan, menyebabkan ia harus bekerja keras mencari uang, dengan mendirikan perusahaan
atau menjual berbagai jenis jasa. Ia mendirikan perusahaan jasa boga, yang belakangan dikenal
sebagai perusahaan catering terbesar di Indonesia. Keberhasilannya sebagai pengusaha jasa boga,
menyebabkan ia lebih giat belajar menambah ilmu dan pengalaman, sekaligus meningkatkan
aktifitasnya di organisasi.
Menyusuri kesuksesan itu, ia melihat peluang di bidang usaha penerbitan pers. Surya Paloh
mendirikan Surat Kabar Harian Prioritas. Koran yang dicetak berwarna ini, laku keras. Akrab
dengan pembacanya yang begitu luas sampai ke daerah-daerah. Sayang, surat kabar harian itu
tidak berumur panjang, keburu di cabut SIUPP-nya oleh pemerintah. Isinya dianggap kurang
sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik Indonesia.
Kendati bidang usaha penerbitan pers mempunyai risiko tinggi, bagi Surya Paloh, bidang itu tetap
merupakan lahan bisnis yang menarik. Ia memohon SIUPP baru, namun, setelah dua tahun tak juga
keluar. Minatnya di bisnis pers tak bisa dihalangi, ia pun kerjasama dengan Achmad Taufik
Menghidupkan kembali Majalah Vista. Pada tahun 1989, Surya Paloh bekerja sama dengan Drs. T.
Yously Syah mengelola koran Media Indonesia. Atas persetujuan Yously sebagai pemilik dan
Pemrednya, Surya Paloh memboyong Media Indonesia ke Gedung Prioritas. Penyajian dan bentuk
logo surat kabar ini dibuat seperti Almarhum Prioritas.
Kemajuan koran ini, menyebabkan Surya Paloh makin bersemangat untuk melakukan ekspansi ke
berbagai media di daerah. Disamping Media Indonesia dan Vista yang terbit di Jakarta, Surya Paloh
bekerjasama menerbitkan sepuluh penerbitan di daerah.Pada umurnya yang masih muda, 33 tahun, Surya Paloh berani mempercayakan bisnis cateringnya
pada manajer yang memang disiapkannya. Pasar catering sudah dikuasainya, dan ia menjadi the
best di bisnis itu. Lalu, ia mencari tantangan baru, masuk ke bisnis pers. Padahal, bisnis pers
adalah dunia yang tidak diketahuinya sebelum itu. Kewartawanan juga bukan profesinya, tetapi ia
berani memasuki dunia ini, memasuki pasar yang kelihatannya sudah jenuh. Ia bersaing dengan
Penerbit Gramedia Group yang dipimpin oleh Yakob Utama, wartawan senior. Ia berhadapan
dengan Kartini Grup yang sudah puluhan tahun memasuki bisnis penerbitan. Ia tidak segan pada
Pos Kota Group yang diotaki Harmoko, mantan Menpen RI. Bahkan, ia tidak takut pada Grafisi
Group yang di-back up oleh pengusaha terkenal Ir. Ciputra, bos Jaya Group.
Kendati kondisi pasar pers begitu ramai dengan persaingan. Surya Paloh sedikit pun tak
bergeming. Bahkan ia berani mempertaruhkan modal dalam jumlah relatif besar, dengan
melakukan terobosan-terobosan baru yang tak biasa
dilakukan oleh pengusaha terdahulu. Dengan mencetak berwarna misalnya. Ia berani menghadapi
risiko rugi atau bangkrut. Ia sangat kreatif dan inovatif. Dan, ia berhasil.
Surya Paloh menghadirkan koran Proritas di pentas pers nasional dengan beberapa keunggulan.
Pertama, halaman pertama dan halaman terakhir di cetak berwarna. Kedua, pengungkapan
informasi kelihatan menarik dan berani. Ketika, foto yang disajikan dikerjakan dengan serius.
Faktor-faktor itulah yang menyebabkan koran ini dalam waktu singkat, berhasil mencapai sirkulasi
lebih 100 ribu eksemplar. Tidak sampai setahun, break event point-nya sudah tercapai.
Ancaman yang selalu menghantui Prioritas justru bukan karena kebangkrutan, tetapi pencabutan
SIUPP oleh pemerintah. Terbukti kemudian, ancaman itu datang juga. Koran Prioritasnya mati
dalam usia yang terlalu muda. Pemberitaannya dianggap kasar dan telanjang. Inilah risiko terberat
yang pernah dialami Surya Paloh. Ia tidak hanya kehilangan sumber uang, tetapi ia juga harus
memikirkan pembayaran utang investasi.
Dalam suasana yang sangat sulit itu, ia tidak putus asa. Ia berusaha membayar gaji semua
karyawan Prioritas, sambil menyusun permohonan SIUPP baru dari pemerintah. Namun
permohonan itu tidak dikabulkan pemerintah. Beberapa wartawan yang masih sabar, tidak mau
pindah ke
tempat lain, dikirim Surya Paloh ke berbagai lembaga manajemen untuk belajar.
Pers memang memiliki kekuatan, di negara barat, ia dikenal sebagai lembaga keempat setelah
legislatif, yudikatif dan eksekutif. Apalagi kebesaran tokoh-tokoh dari berbagai disiplin ilmu atau
tokoh-tokoh dalam masyarakat, sering karena peranan pers yang mempublikasikan mereka.
Bagaimana seorang tokoh diakui oleh kalangan masyarakat secara luas, kalau ia di boikot oleh
pers. Dengan demikian, bisnis pers memang prestisius, memberi kebanggaan, memberi kekuatan
dan kekuasaan. Dan, itulah bisnis Surya Paloh.

0 comments:

Post a Comment

Template by : kendhin x-template.blogspot.com